Sabtu, 29 Desember 2007

Muktamar I FOSIUM-B2M “Dicari Mahasiswa & Mahasiswi Rabbani ... !”

Oleh: Muhammad Ichsan Laidi


Fenomena anak daerah yang melanjutkan pendidikannya hingga tingkat perguruan tinggi atau akrab disebut sebagai mahasiswa, kini telah menjadi hal yang lumrah. Ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang berasal dari daerah melanjutkan pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi terutama dari Banggai, Banggai Kepualauan dan Morowali ke kota Makasssar.

Hal ini merupakan sebuah kesyukuran tersendiri disaat banyaknya anak daerah yang mau dan mampu untuk melanjutkan pendidikannya hingga tingkat perguruan tinggi. Ini merupakan sebuah petanda baik untuk kemajuan daerah.

Dahulu da’wa kebanyakan di kuasai oleh tokoh masyarakat yang sebagiannya merupakan keluaran kampus atau dikuasai oleh tokoh adat di daerah setempat.

Seiring berjalannya waktu ditambah dengan keberadaan mahasiswa ditengah masyarakat telah melahirkan trend baru dalam dunia da’wah. Kini da’wah tidak hanya “milik” tokoh masyarakat maupun tokoh adat setempat, namun ikut juga mewarnai dari kalangan intelektual muda “hasil karya” didikan kampus yakni mahasiswa.

Pentingnya Da’wah Di Kalangan Mahasiswa

Kampus merupakan sebuah miniatur negara. Melalui “pabrik” bernama kampus inilah mahasiswa ditempa dengan berbagai lingkungan intelektual yang penuh dengan dinamika, berbau akademis dan sedikit terwarnai dengan politik praktis. Dikampuslah mahasiswa “dipaksa” untuk menjajaki sikap “toleransi” dan mengahargai pendapat orang lain selama pendapat tersebut masih dalam khasanah intelektual. Sehingga tidak heran jika mahasiswa diletakkan pada kasta tersendiri dalam kehidupan sosial masyarakat. Terlebih lagi dengan adanya titel pendidikan yang diterima dari kampus seolah menambah legalitas untuk menempatkan hasil didikan kampus itu pada tingkatan tokoh masyarakat.

Oleh sebab itu upaya da’wah menuju tauhidullah dikalangan mahasiswa merupakan proses jangka pendek menuju hasil jangka panjang, dimana upaya da’wah tersebut sebenarnya berujung pada penyiapan tokoh perubah masyarakat (agent of change) yang memiliki kecerdasan intelektual, himmah ‘aliyah (motivasi yang tinggi), kreatif serta menjunjung tinggi etos dan profesionalitas da’wah. Hal inilah yang mendorong para da’i memberanikan diri untuk menggiring mahasiswa menuju kancah da’wah dengan harapan melahirkan mahasiswa yang beriman, berakhlakul karimah, cerdas, kreatif, memiliki etos da’wah dan profesional.

Upaya penciptaan kader dilingkungan kampus tentunya dilakukan dengan berbagai langkah nyata diantaranya dengan membangun organisasi da’wah yang berskala kampus (lembaga dakwah kampus) maupun forum daerah yang dikelola sendiri oleh mahasiswa. Ini bertujuan untuk menyiapkan bekal bagi mahasiswa agar memiliki kematangan berorganisasi, sehingga diharapkan pengalaman da’wah yang didapatkan selama berada dikampus masih tetap dapat dimanfaatkan meskipun telah berstatus alumni.

Perlu ditekankan disini bahwa keberadaan mahasiswa yang aktif dalam da’wah baik kampus maupun forum daerah (selanjutnya cukup disebut aktifis da’wah kampus) sangat diharapkan tidak menghambat proses akademik mahasiswa itu sendiri. Sebab aktifis da’wah kampus yang ideal adalah yang mampu menjadi contoh bagi mad’unya baik dari sikap (akhlak), ilmu maupun prestasi akademik.

Memahami Kondisi Mahasiswa Banggai, Banggai Kepulauan dan Morowali

Dengan memahami kondisi medan da’wah dan mad’u, diharapkan dapat menjadi patokan utama bagi arah gerak sebuah organisasi da’wah.

Secara umum mahasiswa Banggai, Banggai Kepulauan maupun Morowali memiliki budaya kebersamaan, mudah bergaul dan ramah kepada orang lain. Akan tetapi mungkin karena secara teritorial dimana letak daerah Banggai, Banggai Kepulauan dan Morowali yang berdekatan dengan Manado cukup memberi imbas pada budaya pergaulan bebas dan berfoya-foya sehingga tampak cenderung bersikap borjuis.

Budaya-budaya positif diatas tentunya menjadi peluang besar bagi da’wah kedepan, adapun budaya negatif tentunya menjadi ancaman tersendiri yang dapat ditepis dengan memanfaatkan peluang da’wah yang ada yang dicapai melalui kreatifitas da’wah hasil upaya pemikiran cerdas, kreatif dan istiqomah dengan teroraginisir rapi.

Blue Ocean Dengan Ide Forum Mahasiswa Daerah

Dalam dunia bisnis telah dikenal adanya “Blue Ocean” dan “Red Ocean”, dimana pengertian dari Blue Ocean adalah daerah laut biru atau daerah bisnis yang masih sedikit atau bahkan belum ada pesaing didalamnya. Keadaan ini tentunya memberikan persentase keuntungan bisnis yang lebih besar dibandingkan dengan bisnis yang telah banyak pesaing didalamnya atau di istilahkan dengan Red Ocean kebalikan dari Blue Ocean.

Keadaan pentas da’wah tentunya tidak berbeda jauh keadaannya dengan dunia bisnis, dimana peluang dan kekuatan (kawasan Blue Ocean), ancaman serta hambatan selalu menjadi pusat perhatian.

Melihat adanya peluang da’wah (kawasan Blue Ocean) pada tingkat mahasiswa Banggai, Bang. Kep. dan Morowali yang perlu disikapi dengan cara yang benar, cerdas dan segar, maka lahirlah ide untuk mendirikan sebuah forum mahasiswa daerah yang bermanhaj Ahlusunnah Waljama’ah sesuai pemahaman salafushalih yang kemudian diberi nama Forum Studi Islam Terpadu Mahasiswa Banggai, Banggai Kepulaun & Morowali atau disingkat dengan FOSIM-B2M (nama ini masih akan ditetapkan dalam Muktamar I FOSIUM-B2M pada tanggal 23 Nopember 2008 di Makassar).

Diharapkan melalui pembentukan forum ini dapat merangsang percepatan da’wah dikalangan mahasiswa Banggai, Bang. Kep. dan Morowali, meningkatkan ukhuwah islamiyah dan memberi bekal da’wah kedepan bagi mahasiswa itu sendiri.

Melihat pendirian dari FOSIUM-B2M ini yang masih relatif baru maka fokus utama yang penulis sarankan adalah pada penguatan internal dan pemanfaatan peluang da’wah yang ada, diantaranya :

  1. Membentuk halaqoh-halaqoh tarbiyah pada asrama Banggai, Bang. Kep dan Morowali di Makassar.
  2. Menguatkan tali silaturahmi pada person maupun instansi yang berpotensi sebagai peluang dan kekuatan da’wah kedepan.
  3. Meningkatkan ukhuwah islamiyah kepada sesama anggota, sehingga diharapkan mampu menyelesaikan setiap persoalan internal yang ada.

Akhirnya, melalui tulisan ini penulis berharap dengan pembentukan FOSIUM-B2M dapat membawa angin segar dikancah da’wah mahasiswa Banggai, Bang. Kep. dan Morowali yang tentunya imbas itu akan dirasakan betul oleh daerah itu sendiri, maka dukungan dan bimbingan dari asatidzah maupun pensehat FOSIUM-B2M merupakan sebuah kekuatan tersendiri bagi organisasi ini untuk meraih kesuksesan da’wah.

“Saudaraku Selamat Menelusuri Jalan Yang Pernah Dilalui Oleh Orang Terdahulu Sebelum Kalian, Mereka Menelusurinya Dengan Tangisan dan Kesusahan Namun Ia Akan Dibalas Dengan Kemenangan dan Syurga.

Doa Penulis Untuk Suksesnya Kegiatan Muktamar I FOSIUM-B2M Pada Tanggal 23 Nopember 2008 Di Makassar”.

Makassar, 2 Nopember 2008